Senin, 22 April 2013

Filosofi design

Graphic Design, Antara Estetika dan Filosofi


Orang zaman purba menuangkan ide-ide desain di dinding-dinding goa dengan tujuan berkomunikasi. Pada dasarnya, ilmu desain grafis itu tidaklah se-rumit seperti yang dibayangkan orang selama ini. Bahkan anak Play Group sekalipun sudah mempunyai naluri untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikannya melalui desain!!! Intinya, semua orang mempunyai naluri yang sama dalam hal desain grafis.



Semua produk desain dari yang saya tulis diatas, menurut saya sudah memenuhi syarat desain, karena mereka mempunyai nilai keindahan dan tentunya memiliki arti.
Lalu? apa fungsinya designer???
Seorang Graphic Designer seperti saya fungsi dan tugasnya hanyalah untuk "mempertegas" makna dan keindahan dari sebuah konsep. Selain itu seorang Graphic Designer dituntut untuk bisa Meng-konversi sebuah konsep ataupun materi menjadi sebuah tampilan baik berupa gambar,  dan susunan huruf ataupun gabungan dari keduanya.

Sebagian besar orang, hanya mengutamakan keindahan dari desain tanpa mementingkan makna yang akan disampaikannya. Padahal sebuah keindahan itu sifatnya relatif, saya bisa saja menyebut sebuah WC umum di pinggir sungai itu indah tapi belum tentu orang lain akan berpendapat sama dengan saya, logis kan?
Intinya, apa yang bisa kita bilang bagus, belum tentu bagus juga buat orang lain.

ESTETIKA DALAM DESAIN

Estetika adalah cabang ilmu yang membahas masalah keindahan. Bagaimana keindahan bisa tercipta dan bagaimana orang bisa merasakannya dan memberi penilaian terhadap keindahan tersebut. Maka filsafat estetika akan selalu berkaitan dengan baik dan buruk, indah dan jelek. Bukan berbicara tentang salah dan benar seperti dalam epistemologi.
Secara etimologi, estetika diambil dari bahasa Yunani, aisthetike yang berarti segala sesuatu yang dapat dicerna oleh indra. Estetika membahas refleksi kritis yang dirasakan oleh indera dan memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah, beauty or ugly. Estetika disebut juga dengan istilah filsafat keindahan.
Emmanuel Kant meninjau keindahan dari 2 segi, pertama dari segi arti yang subyektif dan kedua dari segi arti yang obyektif.
  • Subyektif: Keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan praktis, tetapi mendatangkan rasa senang pada si penghayat. 
  • Obyektif: Keserasian dari suatu obyek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh obyek ini tidak ditinjau dari segi gunanya. 

Immanuel Kant,
sarana kejiwaan yang disebut cita rasa itu berhubungan dengan dicapainya kepuasan atau tidak dicapainya kepuasaan atas obyek yang diamati. Rasa puas itu pun berkaitan dengan minat seseorang atas sesuatu. Suatu obyek dikatakan indah apabila memuaskan minat seseorang dan sekaligus menarik minatnya. Pandangan ini melahirkan subyektivisme yang berpengaruh bagi timbulnya aliran-aliran seni modern khususnya romantisme pada abad ke-19.

Al-Ghazali,
keindahan suatu benda terletak di dalam perwujudan dari kesempurnaan. Perwujudan tersebut dapat dikenali dan sesuai dengan sifat benda itu. Disamping lima panca indera, 
untuk mengungkapkan keindahan di atas Al Ghazali juga menambahkan indra ke enam  yang disebutnya dengan jiwa (ruh) yang disebut juga sebagai spirit, jantung, pemikiran, cahaya. Kesemuanya dapat merasakan keindahan dalam dunia yang lebih dalam yaitu nilai-nilai spiritual, moral dan agama.
Kaum materialis cenderung mengatakan nilai-nilai berhubungan dengan sifat-sifat subjektif, sedangkan kaum idealis berpendapat nilai-nilai bersifat objektif. Andaikan kita sepakat dengan kaum materialis bahwa yang merupakan nilai keindahan itu merupakan reaksi-reaksi subjektif, maka benarlah apa yang terkandung dalam sebuah ungkapan
Mengenai masalah selera tidak perlu ada pertentangan
Sama seperti halnya orang-orang yang menyukai lukisan abstrak, jika sebagian orang mengatakan lukisan abstrak aneh, maka akan ada juga orang yang mengatakan bahwa lukisan abstrak itu indah. Reaksi ini muncul dalam diri manusia berdasarkan selera. Sama halnya seperti masalah WC Umum tadi :D
Pada akhirnya pembahasan estetika akan berhubungan dengan nilai-nilai sensoris yang dikaitkan dengan sentimen dan rasa. Sehingga estetika akan mempersoalkan teori-teori mengenai seni.

FILOSOFI DALAM DESAIN

Kata filosofi berasal dari perkataan yunani “philos” (cinta) dan “sophia” (kebijaksanaan)
dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi adalah tidak sama artinya dengan kebijaksanaan, atau
hanya studi tentang kebijaksanaan; lebih dari pada itu, ia adalah mencintainya. Implisit dalam
suatu cinta ada pengejaran, dan karena alasan ini para filsuf biasanya mengatakan karya mereka
sebagai “pengejaran kebijaksanaan”, atau lebih sering dikatakan sebagai “pengejaran kebenaran”

(Van Cleve Morris, 1963).
Filosofi dapat didekati atau didefinisikan, sekurang-kurangnya dari empat sudut pandang
yang berbeda, yang lebih bersifat suplementari dari pada kontradiktori. Masing-masing sudut
pandang perlu diingat sebagai suatu pemahaman yang jernih mengenai makna filosofi 

(Harold H. Titus, 1970) :
  1. Filosofi adalah suatu sikap pribadi terhadap hidup dan alam semesta, 
  2. Filosofi adalah suatu metode pemikiran reflektif dan pengkajian yang berdasarkan pertimbangan
    yang sehat, 
  3. Filosofi adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan yang
    menyeluruh,
  4. Filosofi adalah analisis logis mengenai bahasa dan penjernihan arti dari katakata
    dan konsep-konsep, 
  5. Filosofi adalah sekelompok masalah dan juga teori-teori tentang
    pemecahan masalah-masalah ini.
Dengan dalil-dalil yang saya kumpulkan dari mana-mana, Desain Grafis itu sangatlah kompleks. Harus mempunyai kedua poin tersebut diatas, yaitu ESTETIKA dan FILOSOFI.
Tanpa keduanya, sebuah desain hanyalah seperti jasad tak bernyawa (Haiiiyahhhhh!!!!!)

Atau bisa saya simpulkan,
Sebuah produk desain WAJIB memiliki nilai ESTETIKA untuk memiliki harga, tetapi FILOSOFI membuat suatu produk desain menjadi lebih berharga. 
Hendaknya setiap orang yang berhubungan langsung dengan desain, baik designer maupun konsumer paling tidak harus mengetahui kedua hal tersebut agar dapat terwujud suatu produk desain yang bermutu.


Menambahkan nilai filosofi pada sebuah desain tidaklah mudah. Perlu sebuah penalaran yang dalam untuk mewujudkannya. Untuk ukuran komersil, semakin bermakna suatu produk desain, maka harganya juga akan semakin mahal. Anda pasti tahu berapa harga logo Pertamina?


Logo Pertamina ini harganya sekitar US$ 225.000
Sekilas mungkin anda berpikir "Halah, logo begituan mah gue juga bisa bikin dalam waktu se-jam" Tapi sayangnya, dalam dunia desain grafis bukanlah yang tercepat yang akan mendominasi dan menjadi pemenangnya. Desain Grafis sangat kontras dengan hukum rimba. Lalu apa yang membuat logo pertamina itu menjadi sangat mahal? Jawabannya adalah FILOSOFI!!!

Kenapa di negara kita sebuah produk desain dihargai sangat minim? (walaupun tidak semuanya)  Jawabannya karena di negara ini terlalu banyak plagiator yang mengambil atau merubah sebagian ataupun keseluruhan desain orang lain, bahkan lucunya lagi, mereka dengan bangga mengaku-ngaku kalau itu adalah ciptaannya. Saya menulis seperti itu bukan cuma karangan saja, banyak diantara teman-teman dan orang terdekat saya yang masih berperiaku seperti itu!!! Orang-orang seperti itu logikanya akan merasa hasil desainnya dirasa tidak sulit. Kemudian mempublikasikannya baik secara komersil dengan harga murah atau malah meng-gratiskannya. Karena mereka memang tidak merasakan prosesnya.

Desain Grafis adalah seni, harusnya bukan seperti itu caranya.

Di perusahaan-perusahaan percetakan khususnya, Biaya Desain Grafis berpatokan dengan waktu. Tentunya dengan tarif yang minim pula, rata-rata Rp 30.000,- sampai Rp 50.000,- per-jam-nya. Upah untuk pekerja desain-pun rata-rata sekitar Rp 800.000,- sampai Rp 1.500.000,- saja!!! INI MUNGKIN HANYA TERJADI DI INDONESIA SAJA.

Kalau seperti itu caranya, otomatis desainer akan merasa "dikejar-kejar" oleh customer yang berusaha menghemat pengeluarannya untuk hal desain. (Itu naluriah dan masuk dalam satu prinsip ekonomi) dan hasil kerja yang diburu-buru tidak akan maksimal. karena logikanya seperti ini:
Pekerjaan yang dilakukan dengan terburu-buru otomatis hasilnya akan kurang maksimal.
Hasil kerja yang kurang maksimal pastinya harganya akan rendah di pasaran.

Pesan saya selanjutnya, untuk desainer tambahkanlah unsur filosofi sebanyak mungkin kedalam desain yang anda buat. Ibaratnya anda membuat sebuah titik sekalipun, kalau anda bisa menjelaskan apa arti titik itu dan apa hubungan dan pengaruhnya terhadap konsumen anda secara tepat, percayalah anda akan mendapatkan penghargaan khusus. Itulah filosofi, tak ubahnya seperti dunia marketing yang kejam.
Selain itu, jangan pernah memberikan PRICE TAG untuk produk desain anda, khususnya LOGO!! Ini akan sangat merusak profesi kita.


Semoga di negara kita (indonesia) dunia seni grafis semakin di hargai

0 komentar:

Posting Komentar