Graphic Design, Antara Estetika dan Filosofi
Yuk ah kita baca postingan pertama ane nih coy.kkeeebbuuutttttt ah
Desain grafis adalah suatu bentuk
komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi
atau pesan seefektif mungkin. Dalam disain grafis, teks juga dianggap
gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa
dibunyikan. disain grafis diterapkan dalam disain komunikasi dan fine art.
Seperti jenis disain lainnya, disain grafis dapat merujuk kepada
proses pembuatan, metoda merancang, produk yang dihasilkan (rancangan),
atau pun disiplin ilmu yang digunakan (disain).Seni disain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan visual,
termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar,
dan tata letak.... (wikimapia.org)
Orang zaman purba menuangkan ide-ide desain di dinding-dinding goa
dengan tujuan berkomunikasi. Pada dasarnya, ilmu desain grafis itu
tidaklah se-rumit seperti yang dibayangkan orang selama ini. Bahkan anak
Play Group sekalipun sudah mempunyai naluri untuk menyampaikan
pesan yang ingin disampaikannya melalui desain!!! Intinya, semua orang
mempunyai naluri yang sama dalam hal desain grafis.
Semua produk desain dari yang saya tulis diatas, menurut saya sudah
memenuhi syarat desain, karena mereka mempunyai nilai keindahan dan
tentunya memiliki arti.
Lalu? apa fungsinya designer???
Seorang Graphic Designer seperti saya fungsi dan tugasnya hanyalah untuk
"mempertegas" makna dan keindahan dari sebuah konsep. Selain itu
seorang Graphic Designer dituntut untuk bisa
Meng-konversi sebuah konsep ataupun materi menjadi sebuah tampilan baik berupa gambar, dan susunan huruf ataupun gabungan dari keduanya.
Sebagian besar orang, hanya mengutamakan keindahan dari desain tanpa
mementingkan makna yang akan disampaikannya. Padahal sebuah keindahan
itu sifatnya relatif, saya bisa saja menyebut sebuah WC umum di pinggir
sungai itu indah tapi belum tentu orang lain akan berpendapat sama
dengan saya, logis kan?
Intinya, apa yang bisa kita bilang bagus, belum tentu bagus juga buat orang lain.
ESTETIKA DALAM DESAIN
Estetika adalah cabang ilmu yang
membahas masalah keindahan. Bagaimana keindahan bisa tercipta dan
bagaimana orang bisa merasakannya dan memberi penilaian terhadap
keindahan tersebut. Maka filsafat estetika akan selalu berkaitan dengan
baik dan buruk, indah dan jelek. Bukan berbicara tentang salah dan
benar seperti dalam epistemologi.
Secara etimologi, estetika diambil dari bahasa Yunani,
aisthetike
yang berarti segala sesuatu yang dapat dicerna oleh indra. Estetika
membahas refleksi kritis yang dirasakan oleh indera dan memberi
penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah, beauty or ugly.
Estetika disebut juga dengan istilah filsafat keindahan.
Emmanuel Kant meninjau keindahan dari 2 segi, pertama dari segi arti yang subyektif dan kedua dari segi arti yang obyektif.
- Subyektif: Keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan
tanpa sangkut paut dengan kegunaan praktis, tetapi mendatangkan rasa
senang pada si penghayat.
- Obyektif: Keserasian dari suatu obyek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh obyek ini tidak ditinjau dari segi gunanya.
Immanuel Kant,
sarana kejiwaan yang disebut cita rasa itu
berhubungan dengan dicapainya kepuasan atau tidak dicapainya kepuasaan
atas obyek yang diamati. Rasa puas itu pun berkaitan dengan minat
seseorang atas sesuatu. Suatu obyek dikatakan indah apabila memuaskan
minat seseorang dan sekaligus menarik minatnya. Pandangan ini
melahirkan subyektivisme yang berpengaruh bagi timbulnya aliran-aliran
seni modern khususnya romantisme pada abad ke-19.
Al-Ghazali,
keindahan suatu benda terletak di dalam
perwujudan dari kesempurnaan. Perwujudan tersebut dapat dikenali dan
sesuai dengan sifat benda itu. Disamping lima panca indera,
untuk
mengungkapkan keindahan di atas Al Ghazali juga menambahkan indra ke
enam yang disebutnya dengan jiwa (ruh) yang disebut juga sebagai
spirit, jantung, pemikiran, cahaya. Kesemuanya dapat merasakan
keindahan dalam dunia yang lebih dalam yaitu nilai-nilai spiritual,
moral dan agama.
Kaum materialis cenderung mengatakan nilai-nilai berhubungan dengan
sifat-sifat subjektif, sedangkan kaum idealis berpendapat nilai-nilai
bersifat objektif. Andaikan kita sepakat dengan kaum materialis bahwa
yang merupakan nilai keindahan itu merupakan reaksi-reaksi subjektif,
maka benarlah apa yang terkandung dalam sebuah ungkapan
Mengenai masalah selera tidak perlu ada pertentangan
Sama
seperti halnya orang-orang yang menyukai lukisan abstrak, jika
sebagian orang mengatakan lukisan abstrak aneh, maka akan ada juga
orang yang mengatakan bahwa lukisan abstrak itu indah. Reaksi ini
muncul dalam diri manusia berdasarkan selera. Sama halnya seperti
masalah WC Umum tadi :D
Pada akhirnya pembahasan estetika akan berhubungan dengan nilai-nilai
sensoris yang dikaitkan dengan sentimen dan rasa. Sehingga estetika akan mempersoalkan teori-teori mengenai seni.
FILOSOFI DALAM DESAIN
Kata filosofi berasal dari perkataan yunani
“philos” (cinta) dan
“sophia” (kebijaksanaan)
dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi adalah tidak sama artinya dengan kebijaksanaan, atau
hanya studi tentang kebijaksanaan; lebih dari pada itu, ia adalah mencintainya. Implisit dalam
suatu cinta ada pengejaran, dan karena alasan ini para filsuf biasanya mengatakan karya mereka
sebagai “pengejaran kebijaksanaan”, atau lebih sering dikatakan sebagai “pengejaran kebenaran”
(Van Cleve Morris, 1963).
Filosofi dapat didekati atau didefinisikan, sekurang-kurangnya dari empat sudut pandang
yang berbeda, yang lebih bersifat suplementari dari pada kontradiktori. Masing-masing sudut
pandang perlu diingat sebagai suatu pemahaman yang jernih mengenai makna filosofi
(Harold H. Titus, 1970) :
- Filosofi adalah suatu sikap pribadi terhadap hidup dan alam semesta,
- Filosofi adalah suatu metode pemikiran reflektif dan pengkajian yang berdasarkan pertimbangan
yang sehat,
- Filosofi adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan yang
menyeluruh,
- Filosofi adalah analisis logis mengenai bahasa dan penjernihan arti dari katakata
dan konsep-konsep,
- Filosofi adalah sekelompok masalah dan juga teori-teori tentang
pemecahan masalah-masalah ini.
Dengan dalil-dalil yang saya kumpulkan dari mana-mana,
Desain Grafis itu sangatlah kompleks. Harus mempunyai kedua poin
tersebut diatas, yaitu ESTETIKA dan FILOSOFI.
Tanpa keduanya, sebuah desain hanyalah seperti jasad tak bernyawa (Haiiiyahhhhh!!!!!)
Atau bisa saya simpulkan,
Sebuah produk desain WAJIB memiliki nilai
ESTETIKA untuk memiliki harga, tetapi FILOSOFI membuat suatu produk
desain menjadi lebih berharga.
Hendaknya setiap orang yang
berhubungan langsung dengan desain, baik designer maupun konsumer paling
tidak harus mengetahui kedua hal tersebut agar dapat terwujud suatu
produk desain yang bermutu.
Menambahkan nilai filosofi pada sebuah desain tidaklah mudah. Perlu sebuah penalaran yang dalam untuk mewujudkannya.
Untuk ukuran komersil, semakin bermakna suatu produk desain, maka
harganya juga akan semakin mahal. Anda pasti tahu berapa harga logo
Pertamina?
Logo Pertamina ini harganya sekitar
US$ 225.000
Sekilas mungkin anda berpikir "Halah, logo begituan mah gue juga bisa
bikin dalam waktu se-jam" Tapi sayangnya, dalam dunia desain grafis
bukanlah yang tercepat yang akan mendominasi dan menjadi pemenangnya.
Desain Grafis sangat kontras dengan hukum rimba. Lalu apa yang membuat
logo pertamina itu menjadi sangat mahal? Jawabannya adalah FILOSOFI!!!
Kenapa di negara kita sebuah produk desain dihargai sangat minim?
(walaupun tidak semuanya) Jawabannya karena di negara ini terlalu
banyak plagiator yang mengambil atau merubah sebagian ataupun
keseluruhan desain orang lain, bahkan lucunya lagi, mereka dengan bangga
mengaku-ngaku kalau itu adalah ciptaannya. Saya menulis seperti itu
bukan cuma karangan saja, banyak diantara teman-teman dan orang terdekat
saya yang masih berperiaku seperti itu!!! Orang-orang seperti itu
logikanya akan merasa hasil desainnya dirasa tidak sulit. Kemudian
mempublikasikannya baik secara komersil dengan harga murah atau malah
meng-gratiskannya. Karena mereka memang tidak merasakan prosesnya.
Desain Grafis adalah seni, harusnya bukan seperti itu caranya.
Di perusahaan-perusahaan percetakan khususnya, Biaya Desain Grafis
berpatokan dengan waktu. Tentunya dengan tarif yang minim pula,
rata-rata Rp 30.000,- sampai Rp 50.000,- per-jam-nya. Upah untuk pekerja
desain-pun rata-rata sekitar Rp 800.000,- sampai Rp 1.500.000,- saja!!!
INI MUNGKIN HANYA TERJADI DI INDONESIA SAJA.
Kalau seperti itu caranya, otomatis desainer akan merasa "dikejar-kejar"
oleh customer yang berusaha menghemat pengeluarannya untuk hal desain.
(Itu naluriah dan masuk dalam satu prinsip ekonomi) dan hasil kerja yang
diburu-buru tidak akan maksimal. karena logikanya seperti ini:
Pekerjaan yang dilakukan dengan terburu-buru otomatis hasilnya akan kurang maksimal.
Hasil kerja yang kurang maksimal pastinya harganya akan rendah di pasaran.
Pesan saya selanjutnya, untuk desainer tambahkanlah unsur filosofi
sebanyak mungkin kedalam desain yang anda buat. Ibaratnya anda membuat
sebuah titik sekalipun, kalau anda bisa menjelaskan apa arti titik itu
dan apa hubungan dan pengaruhnya terhadap konsumen anda secara tepat,
percayalah anda akan mendapatkan penghargaan khusus. Itulah filosofi,
tak ubahnya seperti dunia marketing yang kejam.
Selain itu, jangan pernah memberikan PRICE TAG untuk produk desain anda, khususnya LOGO!! Ini akan sangat merusak profesi kita.
Semoga di negara kita (indonesia) dunia seni grafis semakin di hargai